Entri Populer

Selasa, 20 Desember 2011

Perhitungan Skala Gempa

        Negara Indonesia adalah negara yang sering dilanda gempa, hal itu karena Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng yang masih aktif. Satuan dalam menentukan besarnya skala gempa adalah menggunakan Skala Richter atau SR. Didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
       Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.

2 komentar:

  1. Gempa susulan adalah gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama dengan gempa utama tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil dan muncul dengan pola yang mengikuti hukum Omori. Hukum Omori (diperbaharui dengan Hukum Omori yang dimodifikasi) adalah rumus empiris yang menghitung skala gempa susulan. Omori mempublikasikan hasil penelitiannya pada 1894 mengenai gempa susulan, dimana ia menyatakan bahwa frekuensi gempa susulan menurun berdasarkan resiprokal waktu setelah gempa utama terjadi.

    n(t) = \frac {K} {c+t}

    di mana:

    * n(t) adalah jumlah gempa n yang diukur dalam selang waktu t
    * K adalah tingkat penyusutan; dan
    * c adalah parameter "ofset waktu"


    versi yang dimodifikasi, tidak umum digunakan dimana diusulkan oleh Utsu pada 1961:

    n(t) = \frac {K} {(c+t)^p}

    di mana:

    * p adalah suatu nilai antara 0.7–1.5.

    Hukum lain yang menggambarkan gempa susulan juga dikenal sebagai Hukum Bath yang mengatakan gempa utama umumnya memiliki gempa susulan yang berkekuatan 1 (rata-rata 1,2) magnitudo lebih kecil dari kekuatan gempa utamanya. Urut-urutan gempa susulan juga umumnya mengikuti skala Guttenberg-Richter.

    Gempa susulan sangat berbahaya karena selain tidak bisa diramalkan, dapat berupa sebuah gempat dengan magnitudo besar dan dapat menghancurkan bangunan-bangunan yang rusak dikarenakan gempa utama. Gempa besar dapat memiliki gempa susulan yang lebih banyak dan lebih kuat dimana kemunculannya dapat bertahan dalam hitungan tahun atau lebih lama. Contohnya dapat dilihat pada New Madrid Seismic Zone dimana gempa susulan masih bermunculan mengikuti hukum Omori setelah gempa utamanya pada 1811/1812.

    BalasHapus
  2. menambahkan saja,,
    Skala Richter (SR) sebenarnya bukanlah alat melainkan formula matematika. Lalu bagaimana gempa diukur secara lebih akurat?

    Terdapat banyak skala modern yang bisa digunakan untuk menghitung besarnya gempa, dan yang paling umum adalah momen besar. Hal ini memungkinkan pengukuran gempa lebih tepat dari SR.

    Jaringan stasiun pemantauan geologi (seismograf) memungkinkan ilmuwan menghitung waktu gempa, lokasi dan besarnya. Seismograf merekam jejak zigzag yang menunjukkan bagaimana tanah bergetar di bawah instrumen. Seismograf sensitif dapat mendeteksi gempa kuat dari sumber manapun di dunia.

    Menurut US Gelogical Survey (USGS), berdasarkan besarnya, gempa memiliki kelasnya masing-masing. Peningkatan satu angka, katakanlah 5,5 menjadi 6,5, berarti besar gempa 10 kali lebih besar.

    Sementara gempa diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan.
    -Hebat, jika besar gempa lebih dari atau sama dengan 8,0. Ini berpotensi besar menghancurkan.
    -Mayor, besar gempa antara 7-7,9 dan berpotensi menimbulkan kerusakan parah.
    -Kuat, besar gempa antara 6-6,9. Berpotensi menimbulkan kerusakan besar.
    - Moderat, besar gempa antara 5-5,9. Berpotensi menimbulkan kerusakan cukup besar.
    - Ringan, besar gempa antara 4-4,9. Berpotensi menimbulkan kerusakan moderat.
    - Minor, besar gempa antara 3-3,9.
    - Mikro, besar gempa kurang dari 3. Umumnya tak dirasakan orang.

    BalasHapus